LAPORAN ALAT-ALAT UKUR
PEMBUATAN SENSOR SUHU
(SENSITIVITAS SUHU)
Disusun Oleh:
Andri
Puspita (A1C316017)
Fheby
Framestya Weny (A1C316075)
Orin
Hidayusa Wiza (A1C316037)
Nazira
Apriyana (A1C316045)
Sendy
Injilita P (A1C316029)
Leo
Alexandro Sihaloho (A1C316039)
Dosen Pengampu:
FIBRIKA RAHMAT BASUKI,
S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
I. TUJUAN
Setelah
melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
· Mengetahui karakteristik sensor suhu
· Membuat rangkaian elektronika yaitu sensor
suhu
· Menjelaskan prinsip kerja dari rangkaian
pengontrol panas dengan NTC
· Menganalisa hasil percobaan dan menentukan
besaran suhu yang konstan dari NTC
· Mampu mengetahui kalibrasi pada sensor suhu
2.1.
Sensor Suhu NTC-Thermistor
Suatu sistem pendeteksi kebakaran hutan (forest fire-sensor, FFS) adalah suatu alam kebakaran yang mempunyai kemampuan
secara jarak jauh melaporkan lokasinya dan adanya titik api
disekitar sensor. Suatu kebakaran hutan liar dapat dideteksi mempergunakan
satu atau lebih sensor murah pada FFS yang mendeteksi asap, carbon
monoxide, methyl chloride, kenaikan suhu mendadak atau sejumiah perubahan
fenomena fisika yang berhubungan dengan adanya api pada hutan. Dengan
mempergunakan berbagai tipe sensor maka kesalahan alarm dapat
direduksi. Sensor suhu NTC Thermistor adalah resistor yang
sensitiv secara temial dimana tahanannya akan menurun dengan
kenaikan suhu lingkungannya. Sensor ini mempunyai dimensi kecil,
murah dan akurat namun menunjukkan ketidak linearan yang tinggi sehingga
memerlukan kalibrasi untuk memperoleh akurasi
yang moderat. Umumnya sensor NTC terbuat dari keramik elektronik seperti Barium Titanat sehingga memiliki
koefisien suhu dari tahanan yang sangat besar. Jika tahanan
temnistor terukur pada suhu referensi To disebut Ro maka perubahan penurunan
eksponensiai dari suhu sebagai fungsi dari suhu lingkungan T dapat
dinyatakan sebagai (Portland, 2003).
2.2. Pemilihan
jenis sensor suhu
1. Level suhu maksimum dan minimum dari
suatu
substrat yang diukur.
2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3. Konduktivitas kalor dari substrat
4. Respon waktu perubahan suhu dari
substrat
5. Linieritas sensor
6. Jangkauan temperatur kerja
2.3. Tempertur Kerja Sensor
1. Suhu disekitar kamar antara -350C -
150C, dipilih sensor NTC, PTC,
transistor, dioda & IC hibrid
.
2. Suhu menengah antara 1500C sampai
7000C, dapat dipilih thermocouple dan RTD.
3. Suhu lebih tinggi sampai 15000C,
tidak memungkinkan dipergunakan sensor
kontak
langsung,
pengukurannya dgn radiasi (M. Khairudin,1998).
Dalam
mendeteksi suhu pada suatu ruangan makatidak terlepas dari pemilihan sensor
yang digunakan dari tiga jenis sensor yang sudah
umum digunakan yaitu Negative Temperature Coefisient (NTC),Thermocouple dan
LM35 semua memiliki karakteristik dan kelebihan masing masing sensor suhu
NTC adalah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah ubahs sesuai dengan perubahan
temperatur terhadapnya. Jika
temperatur makin tinggi maka nilai resistansinya kecil dan sebaliknya bila
temperaturnya rendah maka nilai resistansinya semakin besar. Sensor suhu
NTC mendapatkan input berupa suhu dari
ruangan yang di uji coba,maka sensor NTC akan mengeluarkan Output berupa
Resistansi. Nilai tersebut dikonversi oleh
Mikrokontroler AVR 16 dalam bentuk digital di layar LCD M1632 (Yunidar,1999:1).
2.4. Jembatan Wheatstone
Jembatan wheatstone merupakan sebuah metode
yang digunakan untuk mengukur hambatan yang belum diketahui.
Rangkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran nilai-nilai
komponen seperti resistor R, induktansi L dan Kapasitor C dan parameter lainnya
yang diturunkan secara langsung dari nilai-nilai komponen seperti frekuensi,
sudut fasa dan suhu. Karena rangkaian jembatan hanya membandingkan nilai
komponen yang tidak diketahui dengan komponen yang besarnya diketahui secara
tepat, tentu saja ketelitian hasil pengukurannya akan sangat tinggi sekali.
Pengukuran dengan rangkaian jembatan adalah dengan cara perbandingan, yaitu
yang didasarkan pada penunjukan
nol dari kesetimbangan rangkaian jembatan. Oleh karena itu ketelitian
pengukuran ini adalah langsung sesuai dengan ketelitian komponen yang tersedia
pada rangkaian jembatan, bukan bergantung pada detektor nolnya sendiri.
Pada rangkaian jembatan
wheatstone pada Rn diganti dengan Galvanometer (G). Jembatan wheatstone
merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengukur hambatan yang belum
diketahui. Jembatan Wheatstone juga bisa digunakan untuk mengoreksi kesalahan
yang dapat terjadi dalam pengukuran hambatan menggunakan hukum
Ohm.
Adapun susunan rangkaian jembatan Wheatstone ditunjukan seperti gambar berikut
ini.
Dalam hal ini jembatan disebut setimbang jika beda potensial pada
galvanometer sama dengan 0 volt atau dengan kata lain tidak ada arus yang
terdeteksi galvanometer..
Jembatan wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi
tahanan dari sekitar 1Ω sampai rangkuman mega ohm rendah. Sumber kesalahan
utama terletak pada kesalahan batas dari
ketiga tahanan yang diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup :
a.
Sensitivitas
detektor nol yang tidak cukup.
b.
Perubahan
tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus melalui
tahanan-tahanan tersebut. Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus lengan
jembatan dapat mengubah tahanan yang diukur. Kenaikan temperatur bukan hanya
mempengaruhi tahanan selama pengukuran yang sebenarnya, tetapi arus yang
berlebihan dapat mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal
ini tidak boleh terjadi, karena pengukuran-penguuran selanjutnya akan menjadi
salah. Karena itu disipasi daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung
sebelumnya sehingga arus dapat dibatasi pada nilai yang aman.
c.
Ggl
termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat juga
mengakibatkan masalah sewaktu mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegah
ggl termal, kadang-kadang galvanometer yang lebih sensitiv dilengkapi dengan
sistem kumparan tembaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk mencegah
pemilikan logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan
untuk mencegah terjadinya ggl termal.
d.
Kesalahan-kesalahan
karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak luar memegang peranan dala
pengukuran nilai-nilai tahanan yang sangat rendah.
Cabang pengatur dan cabang ratio dibuat dengan
memperhatikan beberapa ketentuan-ketentuan yang perlu. Pertama-tama untuk
keduanya tahanan-tahan kontak daripada penghubung-penghubung, bila dipergunakan
untuk merubah-rubah tahanan akan menyebabkan harga tahanan yang tidak stabil.
Kedua, jumlah tahanan yang akan dipergunakan hendaknya seminimal mungkin.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
1.
Solder
2.
Lem
3.
Gunting
4. Gergaji
5. Mancis
6. Fiber
7. Termometer
Bahan
1.
Potensiometer 1
buah
2.
Resistor 100 ohm 1
buah
3.
Resistor 47 ohm 1 buah
4.
Saklar 1
buah
5. NTC 1 buah
6. Baterai 9 volt 1 buah
7. Papan TCB 1 buah
8. Penjepit Buaya 2 buah
9. Timah
10. Kabel Merah dan
Hitam
IV.
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan
alat dan komponen yang diperlukan.
2. Rangkailah resistor, NTC, Potensio, VU
meter, Baterai, Saklar sesuai dengan gambar rangkaian diatas. Rangkaian di atas
di rancang sesuai dengan Jembatan Wheatstone.
3. Cobalah terlebih dahulu rangkaian
tersebut dengan cara memasukan NTC ke dalam air yang di panaskan untuk
memastikan bahwa alat tersebut berjalan dengan lancar. Dan aturlah potensio
sesuai dengan hambatan dan arus yang masuk.
4. Kemudian, sambungan antar kabel diberi
timah (cair) dengan bantuan solder agar sambungan tidak mudah lepas.
5. Selanjutnya, kalibrasilah alat
tersebut.
6. Setelah proses kalibrasi telah
dilakukan, persiapkan kerangka sensor menggunakan Viber dengan bantuan gergaji.
7. Beri lem lilin untuk menyatukan
bagian-bagian Viber menjadi satu kesatuan membentuk kotak.
V. PROSEDUR KALIBRASI ALAT
Kalibrasi
pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer
dapat
dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan
disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi),
sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius
pada
titik-titik tertentu diskala.
Berikut
ini prosedur pengkalibrasian Sensor Suhu, yaitu:
1.
Tekan
tombol on pada saklar
2.
Putarlah
potensio hingga pada titik nol
3.
Nyalakan
pemanas air
4.
Masukkan
Termometer kedalam air untuk mengukur suhu air,catatlah suhu awal air tersebut.
5.
Setelah
itu masukkan NTC kedalam air
6.
Catatlah perubahan suhu yang ada di termometer dan
angka yang ditunjukkan pada VU meter hingga titik maksimal
7.
Buatlah
perhitungan setiap pertambahan derajat yang di tunjukkan pada termometer , VU
meter dan buatlah perbandingan antara
suhu di termometer dan VU meter, catatlah data tersebut.
8.
Buatlah
skala yang ada di VU meter berdasarkan data yang di analisis setiap per derajat
celcius.
9.
Alat
telah terkalibrasi.
VI.
HASIL
PENGAMATAN
6.1
Kolom Data Kalibrasi
Tabel 6.1. Data pegkalibrasian
Sensor Suhu dengan 3kali pengulangan.
NO
|
Skala di
VU
|
Percobaan
Ke
|
|||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
0
|
30°C
|
30°C
|
30°C
|
|
2
|
10
|
35°C
|
32°C
|
39°C
|
|
3
|
7
|
40°C
|
35°C
|
41°C
|
|
4
|
5
|
49°C
|
37°C
|
45°C
|
|
5
|
3
|
51°C
|
45°C
|
49°C
|
6.2 Grafik
Data Kalibrasi
Hasil data kalibrasi percobaan
pertama yaitu:
v Thermometer menunjukkan suhu 30oC dan pada VU meter 0.
v Thermometer menunjukkan suhu 35oC dan pada VU meter 10.
v Thermometer menunjukkan suhu 40oC dan pada VU meter 7.
v Thermometer menunjukkan suhu 49oC dan pada VU meter 5.
v Thermometer menunjukkan suhu 51oC dan pada VU meter 3.
Hasil data kalibrasi percobaan kedua yaitu:
v Thermometer menunjukkan suhu 30oC dan pada VU meter 0.
v Thermometer menunjukkan suhu 32oC dan pada VU meter 10.
v Thermometer menunjukkan suhu 35oC dan pada VU meter 7.
v Thermometer menunjukkan suhu 35oC dan pada VU meter 5.
v Thermometer menunjukkan suhu 45oC dan pada VU meter 3.
Hasil data kalibrasi percobaan ketiga yaitu:
v Thermometer menunjukkan suhu 30oC dan pada VU meter 0.
v Thermometer menunjukkan suhu 39oC dan pada VU meter 10.
v Thermometer menunjukkan suhu 41oC dan pada VU meter 7.
v Thermometer menunjukkan suhu 45oC dan pada VU meter 5.
v Thermometer menunjukkan suhu 49oC dan pada VU meter 3.
Dari hasil kalibrasi yang kami
dapatkan bahwa suhu mempengaruhi mempengaruhi skala pada sensor suhu. Karena
NTC bernilai negative, maka jika suhu meningkat, nilai hambatan akan berkurang.
Bekerjanya sensor suhu karena adanya perubahan suhu disekitar sensor, hasil
pendeteksian berupa sinyal bukan listrik di ubah menjadi sinyal listrik dapat
berupa tegangan listrik.
VII.
KESIMPULAN
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat atau
rangkaian ini berfungsi sebagai alat pengukur suhu. Alat pengukur suhu ini
hanya dapat digunakan pada suhu antara 0oC - 100oC. Hal ini dikarenakan
komponen pendeteksi suhu hanya dapat beroperasi pada daerah itu. Sensor suhu
berfungsi sebagai alat pendeteksi suhu. Yang akan digunakan sebagai input pada
rangkaian penguat tegangan. Rangkaian penguat tegangan akan menguatkan tegangan
yang dihasilkan sensor suhu sebesar 3 kali dan mengirimkannya ke dalam ADC
(Analog To Digital Converter) dalam bentuk sinyal analog
DAFTAR
PUSTAKA
Aldrin,
Muhammad. 2016.
Sensor Suhu dengan Thermistor. .Diakses pada tanggal 30 April pukul 15.00 WIB.
Portland,2003.Sensor Berdasarkan Konsep Nirkabel.Riau : Perpustakaan Universitas Riau.
Khairudin.M,1998.Sensor Termal. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Yunidar.1999.Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan
LM35 Dalam
Sistem
Pendekteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler
AVR Atmega 16.ISSN.2089-2020,VOL 1.
0 komentar:
Posting Komentar